December 8, 2023

POIN PENTING

  • Para pejabat Militer Korea Selatan mengatakan pada Kamis bahwa sebuah pesawat tak berawak menerobos zona larangan terbang pada 26 Desember
  • Drone memasuki ujung utara zona larangan terbang di dekat kantor kepresidenan di Seoul
  • Ini adalah satu dari lima insiden drone Korea Utara memasuki wilayah udara Korea Selatan baru-baru ini

Sebuah pesawat tak berawak Korea Utara menerobos wilayah udara Korea Selatan dengan memasuki zona larangan terbang di sekitar kantor kepresidenan di Seoul pekan lalu, kata pejabat militer, Kamis.

Insiden itu terjadi pada 26 Desember ketika drone memasuki ujung utara zona larangan terbang radius 2,3 mil, ungkap seorang pejabat militer Korea Selatan, seperti dilansir Reuters.

Drone Korea Utara terbang di atas negara tetangga selama berjam-jam, yang merupakan gangguan pertama sejak 2017.

Ini adalah salah satu dari lima insiden yang melibatkan drone Korea Utara yang terbang melintasi perbatasan bersama ke wilayah udara Korea Selatan bulan lalu, menurut Reuters.

Militer Korea Selatan mengerahkan jet tempur dan helikopter serang untuk menembak jatuh lima drone tersebut. Namun, tidak ada drone yang diturunkan.

Kepala Staf Gabungan (JCS) di Korea Selatan awalnya membantah bahwa salah satu drone Korea Utara telah memasuki zona larangan terbang di dekat kantor kepresidenan. Namun, pernyataan itu dibalik Kamis, membenarkan bahwa pesawat tak berawak Korea Utara menyusup ke zona larangan terbang.

“Itu terbang sebentar ke tepi utara zona itu, tetapi tidak mendekati fasilitas keamanan utama,” kata seorang pejabat militer, yang berbicara tanpa menyebut nama, kepada Kantor Berita Yonhap.

Serbuan terbaru menimbulkan pertanyaan tentang postur pertahanan udara Korea Selatan.

Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengkritik penanganan intrusi drone dan mengatakan kesiapan militer “sangat kurang” setelah insiden tersebut, BBC melaporkan.

Militer meminta maaf karena gagal menembak jatuh drone meskipun pengejaran selama lima jam.

“Kurangnya kesiapan militer kami telah menimbulkan banyak kekhawatiran bagi masyarakat,” kata seorang pejabat senior, Kang Shin-Chul, dalam sebuah pernyataan pekan lalu, dan mencatat bahwa militer akan “secara aktif menggunakan alat pendeteksi untuk mengenali drone musuh dari tahap awal dan mengerahkan aset serangan secara agresif.”

Yoon juga mengatakan pada hari Rabu bahwa dia akan mempertimbangkan untuk menangguhkan pakta militer antar-Korea 2018 jika Korea Utara melanggar wilayah udaranya lagi, kata kantornya.

Sesuai kesepakatan 2018, menghentikan “semua tindakan bermusuhan” dan menciptakan zona larangan terbang di sekitar perbatasan adalah bagian dari kesepakatan antara negara-negara tetangga.

AFP